Minggu, 07 Juni 2015

(Menuju) Hari 2: Pahit

Ada apa dengan saya? (Kenapa harus begini? –red)

            Hari ini saya belajar tentang satu hal; saat kamu merasakan bahwa pahitnya telah selesai, justru kamu sedang menunggu pahit berikutnya untuk menyusul.

            Entah apa yang harus saya katakan. Saya hanya butuh seseorang untuk besok. Iya, untuk bertemu si tua kemarin, dan berusaha mematahkan vonis yang dia berikan. Saya masih punya kesempatan, saya percaya itu.

            Malam ini, saya sudah kehilangan lima tahun. Dan besok, apa saya akan mendengarkan ujarnya untuk kehilangan segalanya?

            Pahit. Sangat pahit.


            Somebody help me, please!

Selasa, 02 Juni 2015

Hari 1: Vonis

            Sore tadi, dengan tubuh yang sudah begitu layu saya terpaksa harus melangkah ke gedung hijau ‘itu’. Sebuah gedung penuh manusia berjas putih dengan raut wajah yang menakutkan, mengerikan, dan pula menyeramkan.

Apa yang saya lakukan?

            Niat awalnya hanya berkunjung. Akan tetapi, lelaki paruh baya berjas putih yang saya temui itu justru memvonis saya dengan telak. Kaget. Sekaligus menciutkan. Kata-katanya begitu menjatuhkan mental.



“Kenapa saat semuanya begitu manis, tanpa permisi pahit justru datang dengan cepat kemudian?”