Selamat pagi, panggilan.
Kamu datang terlalu cepat hari ini. Terlalu
cepat untuk hari yang harusnya penuh warna-warni. Hari yang aku seharusnya bisa
kuat untuk berlari ceria dalam naungan mentari. Namun, kedatanganmu justru
membuat aku bahkan tak bisa berdiri. Aku hanya bisa berbaring menangis dan
meratapi. Kenapa?! Kenapa?! Kenapa harus pergi secepat ini?! Tanyaku sudah
tidak bisa lagi berhenti. Biarlah. Biarlah dia mulai mencekik urat nadi ini. Toh, aku memang berhak ditawan dengan
cara seperti ini. Tidak ada gunanya juga aku melawan paksa panggilan ini.
Panggilan
memang tidak bisa dihentikan. Pula tidak bisa dilawan. Atau bahkan dialihkan. Namun, jika boleh aku
bercerita: aku belum siap menerima kehampaan. Aku masih ingin menikmati setiap
sudut keceriaan. Berlarian, berkejaran, kemana pun kaki dilangkahkan. Berkumpul
dalam tawa yang saling bersahutan. Semuanya, setiap guratan yang ditorehkan,
masih aku inginkan. Tapi, panggilan
tetap panggilan. Ketika dia terucap, siapapun harus siap. Termasuk,
aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar