Istri adalah
wanita terhebat yang diciptakan Tuhan untuk seorang suami. Dalam kehidupan
keluarga, memang suami adalah kepala keluarga. Namun, bukan berarti kedudukan
istri dalam keluarga tidak memiliki tempat yang penting. Belum lagi untuk
urusan dengan anak-anak, seorang istri terkadang jauh lebih punya peran
dibandingkan dengan suami. Sebagai kepala keluarga, seorang suami biasanya
lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Sehingga otomatis, istri yang mengurusi keperluan anak: entah itu makanan,
pakaian, atau pun bedak dan lotion. Para
istri yang lebih tahu urusan tetek anak-anak. Sementara yang seorang suami tahu—hanya—anak-anak sehat, dan terawat.
Kadang,
seorang suami hanya akan bertanya, ‘Kamu
sudah bawa anak kita ke Posyandu?’. ‘Sudah,’
jawab si istri. ‘Anak kita sudah makan?’ atau ‘berat anak kita sekarang berapa?’. Hanya sampai di situ. Hanya melempar sebuah pertanyaan, tanpa ada terima
kasih yang terucap. Itu yang sering terjadi, suami-suami sering melewatkan inti maksud pertanyaan yang—mungkin—sepele untuk berterima kasih terhadap istrinya. Padahal jika dipahami, ketika
para istri sudah mengimunisasi anak dan berhasil membuat berat badan anaknya
naik—sebagai
bukti tumbuh kembang anak yang sangat baik. Itu tandanya istri did an excellent job! Mengapa kita tidak berterima kasih?
Dari hal
sekecil kesehatan anak, kita bisa
menangkap bahwasanya seorang istri sebagai Ibu dari buah hati kita adalah perempuan
hebat yang jarang suami hargai. Memang perempuan mempunyai naluri keibuan yang
sangat kental dalam merawat anak-anak. Pun, hal tersebut adalah tugasnya
sebagai seorang Ibu. Tetapi, jika istri-istri melakukannya dengan baik, sepenuh
cinta, sehingga anak-anak tetap sehat dan tidak kekurangan sesuatu apapun,
bukankah para istri ini sudah sangat membantu dan meringankan beban suami? Bayangkan
jika para istri tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik dalam merawat anak.
Lupa membawa anak imunisasi. Berat badan anak berkurang. Anak-anak kita sakit. Bayangkan,
akan berapa banyak biaya dan waktu yang mesti dikeluarkan seorang suami? Bayangkan,
akan berapa banyak cuti yang kita ambil? Imbasnya, bayangkan, akan berapa
banyak kita kehilangan penghasilan untuk membiayai pengobatan dan mengganti
cuti yang ktia ambil?
Maka, berterimakasihlah
kepada para istri, atas perannya dalam menjaga dan merawat anak-anak kita: karena
telah membuat anak-anak kita terawat, juga karena telah membuat anak-anak kita
sehat. Terima kasih, istriku!
p.s.: tulisan ini sebagai wujud rasa terima kasih atas dedikasi para
istri yang tanpa lelah meringankan beban suami-suami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar